Banyak cara yang dapat dilakukan orang untuk menyebarkan perdamaian ke seluruh dunia. Jean Beliveau warga Kanada, misalnya, lebih memilih berjalan kaki keliling dunia menyampaikan pesan perdamaian dan antikekerasan untuk anak-anak di seluruh dunia.
"Saya lakukan ini untuk anak-anak," ucapnya kepada Kompas.com di Tangerang, Minggu (2/8).
Dengan troli yang telah dimodifikasi untuk membawa seluruh perlengkapannya, Jean akan berjalan melewati 66 negara sejauh sekitar 75.000 km dalam kurun waktu 11 tahun.
Ia menaruh segala peralatan yang dibutuhkan ke dalam troli seperti makanan, pakaian, kantung tidur , tenda kecil, obat-obatan, dan sebagainya. "Saya tidak banyak bawa barang karena saya berjalan agar tidak terlalu berat." ucap dia.
Obsesi besarnya dimulai dari kota Madrid, Spanyol, saat tepat pada hari ulang tahunnya, 18 Agustus 2000 . Dari sana, dia berjalan menuju Amerika Serikat, Meksiko, Amerika Selatan, Brazil, Afrika, Mesir, Maroko, Portugal, Inggris, Turki, Iran, India, Cina, Korea, Jepang, Thailand, Filiphina, Malaysia, Singapura, kemudian masuk ke Indonesia pada 24 Juli 2009 . "Terget saya selesai pada Oktober 2011 ," ujar Jean.
Dari modal uang yang dibawanya, ungkap Jean, 85 persen adalah uang pribadinya dari penghasilan sebagai desainer neon boks untuk perusahaan-perusahaan besar di Kanada ditambah 15 persen uang dari istrinya. "Saya tidak mengharapkan uang dari sponsor. Saya melakukan ini tanpa imbalan," tegasnya.
Di Jakarta, ia mengaku kesal ketika melintas di jalanan lantaran kemacetan dimana-mana. "Terlalu padat (kendaraan). Tapi, lihat orang tersenyum kepada saya ketika macet, saya tidak jadi marah," ujarnya.
Ketika diminta tanggapan atas bom di Mega Kuningan, ia mengaku sedih melihat aksi bom bunuh diri tersebut yang telah merenggut sembilan korban jiwa. "Tinggalkan senjata. Kita semua satu," kata dia.
42 kali ganti alas kaki
Ayah dari Thomas Erick dan Eliza Jane tersebut mengatakan, setiap hari ia berjalan tanpa berhenti sejauh 30-40 km sebelum mencari tempat bermalam. Selama perjalanan, ia telah berganti alas kaki sebanyak 42 kali akibat sobek. "40 alas kaki sudah saya kirim ke istri saya. Rata-rata diganti (alas kaki) sekitar 1500 km berjalan," kata dia.
Kakek dari dua cucu tersebut mengaku, selama perjalanan ia sudah tinggal di rumah warga berjumlah sekitar 1300 keluarga dengan budaya yang berbeda-beda. "Sangat menarik. Gaya hidup yang berbeda, banyak makanan yang berbeda," papar Jean.
Jika tidak mendapatkan tempat bermalam di rumah warga, ia lebih memilih masuk ke dalam hutan lalu membangun tenda. "Tapi saya lebih suka bangun tenda di kuburan dari pada di hutan. Di hutan sering dengar suara-suara harimau, beruang jadi tidur tidak tenang. Kalau di kuburan semua (para jenazah) tidur dengan tenang jadi saya juga tenang," ujarnya diiringi tawa.
Untuk mencari tahu segala sesuatu tentang daerah yang disingahinya, ia selalu mencari guru di sekolah-sekolah yang kebanyakan mereka dapat berbicara dengan bahasa Inggris. "Kalau tidak ada guru, saya pakai bahasa tubuh. Jika masih tidak mengerti juga paling kita hanya saling tertawa," ucapnya.
Sembilan tahun
Semenjak perjalanannya pada 2000 , ia sama sekali belum pernah bertemu langsung dengan keluarganya di Kanada. Untuk mengusir rindu, dia sesekali berkomunikasi lewat internet atau telpon seluler yang dibawanya.
Masih jelas di ingatan Jean saat keberangkatannya yang dilepas oleh seluruh keluarganya 9 tahun lalu, tatkala Luce, isterinya, bertanya apakah ia akan kembali di tengah-tengah perjalanan nantinya. "Saya katakan tidak. Saya akan menyelesaikan perjalanan ini dahulu baru akan pulang. Perjalanan ini bukan hanya milik saya, tapi milik istri saya juga," demikian Jean.
Sumber : megapolitan.kompas.com
Menyambut Ramadhan dengan Stop Dreaming Start Action
-
Marhaban barasal dari kata rahb yang berarti luas atau lapang. Marhaban
menggambarkan suasana penerimaan tetamu yang disambut dan diterima dengan
lapang da...
16 tahun yang lalu
0 Response to "Berjalan Kaki Keliling Dunia untuk Perdamaian"
Posting Komentar