Paus Ketika Menerita Tamu seorang pejabat tinggi Hizbullah
Militer Israel telah membagi-bagikan Pamflet ke tentaranya yang berisi pernyataan bahwa Paus dan kardinal Vatikan berkonspirasi dengan kelompok perjuangan Libanon, Hizbullah, untuk menghabisi kaum Yahudi.
“Pamflet itu merupakan sumbangan dan didistribusikan kepada para tentara,” ujar seorang juru bicara militer Israel dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan oleh harian Haaretz, Minggu 19 Juli.
Berjudul “On Either Side of the Border” (“Di Sisi Manapun Perbatasan”), Pamflet itu dipublikasikan oleh Persatuan Yahudi Orthodox Kongregasi Amerika yang bekerjasama dengan pimpinan rabbi kota Safed, Shmuel Eliahu.
Pamflet itu mengklaim bahwa Vatikan mengorganisir tur Auschwitz – kamp konsentrasi Nazi – bagi anggota-anggota Hizbullah untuk mengajarkan pada mereka bagaimana “menghapus” kaum Yahudi.
Menurut Pamflet tersebut, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah diundang untuk bergabung dengan delegasi dalam tur ke Perancis, Polandia, Italia, termasuk Vatikan.
Pamflet ini juga menuduh politisi dan jurnalis Eropa bekerja melawan Israel.
Pasukan Hizbullah siap hadapi Zionist Israel
Penulisnya mengklaim bahwa Pamflet itu, yang telah didistribusikan selama beberapa bulan terakhir, merupakan kesaksian seorang angota Hizbullah bernama Avi yang menjadi mata-mata Israel, meski buki-bukti kuat menyebut kesaksian tersebut merupakan karangan belaka Israel untuk mempengaruhi tentara Israel.
Para petinggi dan komandan militer dikabarkan mendukung penyebaran Pamflet ini.
David Menahemov, pembantu Rabbi Eliahu, mengklaim kebenaran kisah dalam Pamflet tersebut.
“Avi adalah sosok yang benar-benar ada dan semua yang diceritakan dalam Pamflet ini adalah kisah nyata,” ujarnya.
“Saya mengenalnya secara pribadi. Ia adalah orang Arab, yang meskipun telah berpindah keyakinan ke Judaisme, masih tetap berperilaku seperti layaknya orang Arab. Kami membantunya menulis dan menterjemahkan kesaksiannya. Kami juga mengubah beberapa detail untuk melindungi dia dan keluarganya.”
Tentara Israel mengatakan meski militer telah menghentikan distribusi Pamflet tersebut namun masih dapat diperoleh dengan mudah dan sangat populer di kalangan tentara.
“Pamflet ini didistribusikan secara rutin agar setiap tentara yang membacanya akan mempercayainya,” ujar seorang tentara.
“Pamflet ini penuh dengan detail yang dibuat-buat namun disajikan seperti sebuah kisah nyata,” tambahnya.
“Semua personel mengatakan padaku,’ Baca ini dan kau akan mengerti seperti apa orang Arab sesungguhnya.’”
Indoktrinasi-indoktrinasi semacam itu yang membuat militer Israel (IDF) dapat melakukan perang di Gaza yang
membunuh 1.400 orang, dengan 1.100 di antaranya adalah warga sipil. Jika para tentara yang rata-rata berusia sangat muda, sebagian masih 18 tahun, mendengar cerita-cerita semacam itu maka mereka akan memiliki image yang keliru tentang Muslim.
Bahkan, dari kumpulan kesaksian yang berjudul “Breaking the Silence” terungkap bahwa para tentara dicekoki kebohongan bahwa tidak ada warga sipil di Gaza, semuanya adalah anggota Hamas. Ini memberikan ijin bagi mereka untuk menganggap siapa pun yang mereka temui di sana sebagai seorang musuh. [Swa-Media]