Dia jiwa yang berjuang keras. Dia mampu berdiri sendiri saat orang tak mampu.
| | Jenazah Rendra Disemayamkan Di Bengkel Teater (VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis) | |
Boediono melayat WS Rendra yang disemayamkan di Bengkel Teater, Citayam, Bogor, Jumat 7 Agustus 2009. Rendra menghembuskan nafas terakhir akibat penyakit jantung koroner yang sudah lama diidapnya sekitar pukul 22.00 WIB, Kamis 6 Agustus 2009.
"Dia jiwa yang berjuang keras. Dia mampu berdiri di atas kakinya sendiri di saat orang tidak bisa berdiri. Semestinya anak muda sekarang menjadikan dia sosok teladan," katanya.
Boediono sendiri kurang dari satu jam berada di Bengkel Teater. Ia tiba pukul 12.10 WIB dan langsung melaksanakan salah Jumat di Masjid Jami Nurul Yaqin. Setelah itu ia melaksanakan salat jenazah dan melongok jasad Rendra. Boediono juga sempat berbincang dengan walikota Depok Nurmahmudi Ismail.
Si Burung Merak terlahir dengan nama Willibrordus Surendra Broto Rendra. Pria kelahiran Solo, 7 November 1935, terlahir sebagai Katolik dari pasangan R Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo, seorang guru dan Raden Ayu Catharina Ismadillah, penari serimpi di keraton Surakarta.
Bakatnya di bidang sastra sudah terlihat sejak beliau duduk di bangku SMP lewat kemampuannya menulis puisi, cerita pendek dan drama dalam berbagai kegiatan sekolahnya.
Situs Wikipedia mencatat, Kaki Palsu adalah drama pertamanya yang dipentaskan ketika ia masih duduk di SMP dan Orang-orang di Tikungan Jalan adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan.
WS Rendra tidak berhenti berkarya, ia bagaikan mesin. Karya-karya sastranya tidak hanya dikenal di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Bahkan sejumlah karyanya sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India.
• VIVAnews
Related Posts by Categories
0 Response to "Boediono: Tak Ada yang Bisa Gantikan Rendra"
Posting Komentar